Photobucket

Senin, 01 Desember 2008

Syukur (3)

Dalam keseharian, di tengah limpahan karunia-Nya, mata kita justru tidak bisa memandang karunia yang telah diberikan-Nya. Lantaran apa ? Lantaran mata kita terfokus pada kekurangan. Kita tidak bisa memandang nikmatnya makan dengan KKN (Kerupuk Kecap Nasi), lantaran kita membayangkan secara berlebihan nikmatnya makan di restoran. Kita tidak bisa memandang nikmatnya tidur di rumah kontrakan, lantaran kita melihat berlebihan terhadap mereka yang tidurnya di rumah sendiri. Gaji kecil, selalu dianggap kurang, karena kita tidak mampu membeli sesuatu yang berlebih, sesuatu yang kita anggap mudah dilakukan oleh mereka yang bergaji besar. Dan seterusnya.

Nampaknya kita harus belajar menerima, belajar bersyukur. Supaya apa yang ada disekitar kita, bisa kita nikmati. Mendapatkan sesuatu saja sudah merupakan nikmat. Ditambah lagi dengan rasa menikmati apa yang seharusnya memang menjadi nikmat tersebut. Tentu ia menjadi nikmat tambahan.


Ada pepatah mengatakan, jangan banyak melihat keatas. Sering-seringlah melihat kebawah. Maksudnya, jangan kelewatan melihat mereka yang sedang dialiri nikmat yang kebetulan secara fisik memang lebih dari kita. Sebab bisa timbul kekecewaan dalam diri kita dan akhirnya mempengaruhi kinerja pikir dan hati. Sebaliknya, dengan memandang mereka yang lebih kurang dari kita, secara sosial, ekonomi maupun dari segi lainnya, kita menjadi mudah bersyukur. Bila kita kemudian menemui kekurangan dalam kehidupan kita, yakinlah, Allah Yang Maha Sempurna akan memenuhi apa yang kurang tersebut. Syaratnya adalah dengan banyak bersyukur. Wallahu a'lam.

1 komentar:

yohen mengatakan...

ALHAMDULILLAH HIDUP SERBA SULIT HARUS DI SIKAPI DG CARA BERSUKUR..
THANK ATAS ARTIKELNYA