Photobucket

Senin, 29 Desember 2008

Makna Harga Diri

Manusia bisa menegakkan harga dirinya bila bisa hidup dengan bermodalkan kejujuran. Kejujuran adalah soal harga diri ?
"Ah, kata siapa," begitu kata nafsu.
"Lihatlah mereka yang jujur. Hidupnya jadi susah. Lihat yang lainnya, mereka sudah bisa beli ini dan bisa beli itu. Orang bisa menegakkan harga dirinnya kalau ia lepas kejujuran. Tidak apa-apa bohong demi kekayaan, memangnya nggak mau, memangnya nggak bosan miskin?" kata nafsu lagi.

Begitulah bila nafsu yang bicara. Dia akan mencari jalan pintas apapun, yang dapat membuatnya terpuaskan. Ujung-ujungnya, bukan kepuasan yang didapat, bukan kemuliaan yang didapat, malah penyesalan dan kehinaan.

Bila hidup dengan standar manusia, boleh jadi kita terperangkap dengan tema-tema kesuksesan dan kesenangan berwajah materi. Mobil mewah, rumah mewah, serba ada, bisa jalan-jalan keluar negeri, bisa berlibur ketempat-tempat yang indah adalah sebagian bentuk dari wajah materi. Bila kita mencari kebahagiaan dan kesenangan pada apa yang disebut diatas, boleh jadi kita akan menggadaikan kejujuran.

Coba kita hidup dengan standar ilahi. Kaya boleh, tapi menjadi kaya dengan usaha dan doa, menjadi kaya tanpa meninggalkan ibadah dan keimanan. Kebahagiaan dan kesenangan di mata Tuhan adalah bila mendapatkan ridha-Nya. Untuk mendapatkan ridha-Nya, kita harus hidup mulia, hidup terhormat, dan mengusung nilai-nilai iman dan takwa. Kita tidak akan menjadi hina, hanya karena kita miskin di dunia, sebab kita kaya hati. Hidup kita cukupkan dengan pemberian dari Allah. Kita tidak takut karena tidak untung. Justru orang-orang mukmin khawatir keuntungan perdagangannya menjadi tidak berkah bila tidak jujur. Untuk apa senang bila kemudian harus menderita. Untuk apa hidup kaya, kalau jauh dari keberkahan.

Mari kita sama-sama jaga harga diri dengan memelihara kejujuran. Bukan harga diri di mata manusia, tapi harga diri di mata Allah. Biar Allah yang mengangkat derajat kita. Dia punya berjuta cara misterius dalam memuliakan hamba-hamba-Nya yang saleh. Wallahu a'lam.

......... sesungguhnya dunia akan diwarisi mereka yang berjalan lurus. (QS. Al-Anbiya' : 105)

Senin, 22 Desember 2008

Hikmah Kegagalan

Kegagalan itu biasa. Itu kata mereka yang tidak mengenal kata putus asa. Tapi bagi mereka yang mudah mengeluh, kegagalan berarti keburaman, selesai.

Ada dua hal mengenai kegagalan. Pertama, kegagalan adalah sebuah perlindungan Tuhan dari sebuah kegagalan yang lebih besar. Artinya, jika kita tidak gagal sekarang, bisa jadi kegagalan yang lebih besar yang akan terjadi. Kita tidak tahu apa yang terbaik untuk kita. Kedua, kegagalan adalah wujud kesuksesan yang lebih besar, bisa jadi kegagalan saat ini merupakan pintu kesuksesan di bidang yang lain.

Intinya kepositifan berpikir. Apapun yang terjadi sangat kita perlukan cara berpikir yang positif. Hasilnya, kehidupan akan berlangsung dalam keadaan yang tetap nyaman. Coba kalau kita berpikir dengan pola pikir yang negatif, maka kenegatifan itu yang akan mewarnai kehidupan di masa yang akan datang.

Kesuksesan biasanya muncul setelah satu atau dua kali kegagalan. Seseorang akan belajar habis-habisan apa yang perlu dilakukan dan apa yang perlu diubah dalam menyikapi kegagalan. Jadilah pemenang pada setiap keadaan. Karena seorang pemenang adalah bukan saja ketika ia bisa meraih kesuksesan, tetapi ketika ia juga bisa menerima kegagalan dengan lapang dada. Dibalik kegagalan ada sejuta harapan, asal kita bergantung kepada Sang Pemenuh Harapan, Allah SWT. Wallahu a'lam.

Kamis, 18 Desember 2008

Kawan, berhentilah selagi sempat !

"Harusnya, pas gak ketahuan, kau berhenti !" kata Haris.
"Nggak bisa! Maunya sih begitu, tapi nggak bisa," jawab Bedu.
"Iya sih, pasti nggak bisa. Korupsi tuh, emang begitu. Kalo gak ketahuan pasti ketagihan."

Kawan, sebenarnya bukan saja pada korupsi, seseorang bakal mengulangi perbuatannya, melainkan pada seluruh kasus kejahatan. Sekali kejahatan dilakukan, biasanya kita memang tergoda untuk mengulanginya. Dan sekali menjadi kebiasaan, tambah sulit mengobatinya.

Seseorang yang biasa minum akan sulit menghentikan kebiasaan minumnya. Seseorang yang biasa berbohong, akan terus menambah banyak daftar kebohongannya. Seseorang yang berhasil mencuri barang-barang kecil, akan beralih mencuri barang-barang yang lebih besar. Seseorang yang berhasil mencuri barang-barang yang sedikit akan tergoda untuk mencuri barang-barang yang lebih banyak. Seseorang yang berhasil korupsi kecil-kecilan akan tergoda untuk korupsi besar-besaran.

Itulah sebagian contoh kasus yang menjadi pembenaran bahwa jangan pernah membiarkan sedikit pun celah bagi nafsu untuk bisa masuk menguasai hati, tubuh, dan pikiran kita. Sekali kita beri kesempatan, akan sulit mengusirnya. Apalagi, sifat asli manusia itu serakah-bahkan terhadap kejahatan sekalipun.

Banyak cerita pelaku-pelaku kejahatan khususnya korupsi yang tertangkap dalam aksinya yang kedua dan ketiga, atau ketika perbuatan itu terulang. Terhadap mereka, kadang kita tidak bisa bilang, Hei kawan, berhentilah!" Karena memang mereka tidak mudah untuk bisa berhenti. Terlena.

Beruntunglah, bila ada diantara kita yang langkah kejahatan kita dihentikan Allah. Entah itu ketahuan pada aksi pertama atau gagal melancarkan aksi. Berarti kita masih disayang oleh Allah. Allah ingin kita berubah menjadi lebih baik. Tapi ya, terhadap mereka yang baru terbongkar setelah sekian belas kali aksi kejahatannya, patut pula bersyukur. Coba, kalau kematian yang menghentikan aksinya? pasti repot.

Akhirnya, bila ingin selamat, jangan berada ditepi jurang. Sekali jatuh, susah buat naik kembali. Wallahu a'lam.

Selasa, 09 Desember 2008

Keberkahan Hidup

Ketika kita mengalami kesusahan yang seakan tidak pernah behenti singgah di kehidupan kita, segeralah kita koreksi. Jangan-jangan kita sudah dicap Allah SWT sebagai orang-orang yang lupa akan diri-Nya dan lupa berterima kasih kepada-Nya. Sebab, kalau sudah dianggap kufur nikmat, Allah memang akan mencabut nikmat-nikmat-Nya, yang berarti hadirnya kesulitan-kesulitan. Setiap kali kesulitan itu hilang Allah gantikan dengan kesulitan lain. Salah satu peringatan Allah ada di Surat Tha Ha (20) ayat 124. Allah berfirman, yang artinya :

"Siapa saja yang berpaling dari peringatan Allah, alias melupakan-Nya, atau menentang-Nya, maka kehidupannya akan menjadi sempit, kehidupannya akan diliputi kesusahan."


Boleh saja kita kaya, tetapi bilamana kekayaan itu dibangun dari cara yang tidak benar, menurut Jalan Allah, kekayaan itu tidak akan membawa manfaat apapun bagi kita. Boleh saja kita berpakaian kemewahan dan berbajukan kekuasaan, tapi bila terengkuh lewat cara-cara yang membawa kepada keresahan dan kegelisahan, semua itu takkan membahagiakan dan takkan menyenangkan.

Jika kita ingin kekayaan kita langgeng, kesehatan dijaga, dan dijauhkan dari kesusahan yang menghancurkan kehidupan kita, jawabannya adalah menjaga keberkahan hidup.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (QS. Al A'raf : 96)

Salah satu cara menjaga keberkahan hidup adalah dengan mengingat Sang Pemberi, sedangkan sebagian jalan mengingat-Nya adalah dengan mencari rezeki yang HALAL dan menyedekahkannya kembali. Wallahu a'lamu.

Selasa, 02 Desember 2008

Perhatikan Makanannya

Biasanya, ketika seorang anak terperangkap dalam suatu perbuatan dosa, katakanlah menjadi pecandu narkoba, terbiasa bergaul bebas, maka pertama kali yang sering disalahkan adalah lingkungan, salah pergaulan, pengaruh teman, dll. Atau paling tidak kurang dekatnya orang tua dengan anak. Itulah dua hal yang sering dijadikan alasan mengapa anak tersebut bisa meleset keperbuatan yang tidak disukai Tuhan.

Di zaman yang begitu terbiasanya orang melakukan praktek-praktek haram seperti sekarang ini (korupsi, mark-up, rekayasa, kebohongan hingga penipuan), masalah keharusan mendapatkan aliran rezeki yang halal seperti dilupakan. Sepertinya justru sulit mencari rezeki yang halal. Katanya, cari yang haram saja susah apalagi yang halal. Dan sepertinya sulit mempertahankan kejujuran, sulit mempertahankan harga diri dan kehormatan untuk tidak menukar dengan harga murah, dunia. Semua tergoda untuk mencari rezeki pintas, rezeki haram. Dan tanpa sadar, aliran rezeki haram inilah yang dibawa pulang kerumah.


Satu kejelasan mengapa anak menjadi berengsek barangkali kita sendiri yang salah memberi pupuk. Kita menghendaki agar anak itu menjadi baik, mempunyai masa depan yang baik, tapi kita besarkan ia dengan barang-barang haram. Mana bisa?! Kita lebih takut dengan atasan, dari pada Takut dengan Tuhan. Kita lebih takut kehilangan jabatan dari pada kehilangan iman. Kita nomor satukan kesenangan, kebahagiaan, tapi kita lupakan bahwa kesenangan dan kebahagiaan itu harus dicari bukan dengan cara yang berujung kepada kehinaan dan kesengsaraan.


Berbahagialah bagi yang sudah dititipi anak oleh Allah SWT, mari jaga dengan sebaik-baiknya. Jangan memberi "racun" pada anak. Bukan racun pengertian racun sesungguhnya. Akan tetapi racun berupa makanan dan minuman haram, rezeki haram. Karena itu hanya membuat aliran darah menjadi tidak suci, kotor. Dan bila itu terjadi, maka kita sudah membiarkan anak kita menjadi surga bagi para setan, dan anak kita menjadi anak setan. Sebab setan lebih berhak atas darah yang kotor. Wallahu a'lam.

Senin, 01 Desember 2008

Syukur (3)

Dalam keseharian, di tengah limpahan karunia-Nya, mata kita justru tidak bisa memandang karunia yang telah diberikan-Nya. Lantaran apa ? Lantaran mata kita terfokus pada kekurangan. Kita tidak bisa memandang nikmatnya makan dengan KKN (Kerupuk Kecap Nasi), lantaran kita membayangkan secara berlebihan nikmatnya makan di restoran. Kita tidak bisa memandang nikmatnya tidur di rumah kontrakan, lantaran kita melihat berlebihan terhadap mereka yang tidurnya di rumah sendiri. Gaji kecil, selalu dianggap kurang, karena kita tidak mampu membeli sesuatu yang berlebih, sesuatu yang kita anggap mudah dilakukan oleh mereka yang bergaji besar. Dan seterusnya.

Nampaknya kita harus belajar menerima, belajar bersyukur. Supaya apa yang ada disekitar kita, bisa kita nikmati. Mendapatkan sesuatu saja sudah merupakan nikmat. Ditambah lagi dengan rasa menikmati apa yang seharusnya memang menjadi nikmat tersebut. Tentu ia menjadi nikmat tambahan.


Ada pepatah mengatakan, jangan banyak melihat keatas. Sering-seringlah melihat kebawah. Maksudnya, jangan kelewatan melihat mereka yang sedang dialiri nikmat yang kebetulan secara fisik memang lebih dari kita. Sebab bisa timbul kekecewaan dalam diri kita dan akhirnya mempengaruhi kinerja pikir dan hati. Sebaliknya, dengan memandang mereka yang lebih kurang dari kita, secara sosial, ekonomi maupun dari segi lainnya, kita menjadi mudah bersyukur. Bila kita kemudian menemui kekurangan dalam kehidupan kita, yakinlah, Allah Yang Maha Sempurna akan memenuhi apa yang kurang tersebut. Syaratnya adalah dengan banyak bersyukur. Wallahu a'lam.

Pergiliran Roda Kehidupan

Kehidupan bukan kita yang punya, bukan kita yang mengendalikan. Makanya ia sering berjalan bertolak belakang dengan keinginan kita. Bisnis kita bisa gagal, rencana kita bisa gagal. Lalu siapa yang punya ? Kita sudah tahu jawabannya, yaitu Allah SWT, Yang Maha Memegang segala urusan.

Bila sudah tahu hal ini, semestinya kita tidak jadi manusia yang gampang bersedih, marah, kecewa apalagi berputus asa. Kan, bukan kita yang mengatur, jadi serahkan saja ke Yang Maha Mengatur. Bila gagal sebab kita yang salah, minta ampun. Bila gagal, sebab ia adalah ujian, hendaknya mohon diberi keselamatan.

Memang tidak gampang menerima kenyataan. Disebut tidak gampang sebab ia membawa kita pada kesedihan. Apalagi kita manusia, punya rasa, punya perasaan. Tapi, kalau kita pikir-pikir, diterima atau tidak kejadian buruk, ia sudah terjadi, dan kita tidak bisa memutar waktu. Hilang uang, kita marah, kita sedih, uang sudah terlanjur hilang. Kita dipecat, lantas kita marah dan sedih, memang sudah dipecat. Apalagi yang bisa kita lakukan kecuali memang mengembalikan lagi semua kejadian kepada Penguasa setiap kejadian.

Seperti siang dan malam, beginilah kehidupan berputar. Tidak mungkin kita hidup dalam nuansa yang terus menerus terang. Tidak Ada. Pasti ada masa dimana suasananya buram atau bahkan gelap. Lalui saja dengan ikhlas, lalui saja dengan sabar. Karena ketika malam datang, kta juga tahu bahwa esok fajar kan menjelang, lalu siang akan kembali datang. Wallahu a'lam.