Photobucket

Sabtu, 30 Mei 2009

Takut Kepada Allah

Seorang teman pernah bercerita. Pada saat keponakannya berulang tahun, ia mengusulkan kepada orang tuanya untuk merayakan disebuah panti asuhan didekat tempat tinggalnya, itung-itung berbagi kebahagiaan dengan mereka yang tidak memiliki orang tua, sekaligus memberikan pemahaman pada sang keponakan kalau dalam rezeki yang mereka terima, ada hak orang lain didalamnya.

Singkatnya usul sang teman diterima. Sesampainya disana, mereka disambut oleh sekitar 30-an anak asuh. Mayoritas adalah perempuan. Sambil beramah tamah sekaligus persiapan acara bersama anak-anak panti, tiba-tiba datang seorang anak, menatap sang teman. Sang anak pun menyampaikan, bahwa temannya Annisa tidak mau keluar kamar. Ketika ditanya mengapa, dia bilang tidak tahu. Karena penasaran, sang teman minta diantarkan pada pengasuh panti untuk menjenguknya, apakah sedang sakit atau apalah. Di kamar yang luas, terdiri dari banyak ranjang bertingkat, disudut kamar, Annisa meringkuk sambil menangis. Sang teman pun duduk disampingnya, lalu menanyakan apa yang terjadi. "Om, aku takut kepada Allah." Lalu sang teman katakan padanya semua orang takut kepada Allah. Tapi apakah yang membuatnya takut menemui orang lain, jawabnya sungguh mengagetkan, "Nisa tadi telah mengambil kue milik intan, Nisa takut kalau Allah bilang hal ini kepada orang-orang, makanya Nisa takut untuk ketemu orang banyak, Om...". Tak urung, sang teman pun meneteskan air mata. Ya Allah, begitu besar nasehat yang Kau berikan dari mulut seorang anak kecil ini. Sekaligus ironi, bahwa terkadang iman seorang anak lebih murni dari orang dewasa. Wallahualam.

Jumat, 29 Mei 2009

Sedekah

Jangan takut miskin lantaran besedekah. Jangan khawatir berkurang harta karena memberi. Semua yang dikorbankan pasti akan dibayar berlipat ganda oleh Allah. Allah membentangkan penawaran-Nya, siapakah yang berkenan memberi pinjaman kepada-Nya? kepada mereka yang menjawab tawaran ini, Allah menjanjikan pengembalian yang lebih besar ditambah dengan pengampunan-Nya.

Mestinya penawaran Allah ini berkategori "saham unggulan" karena datangnya dari xat yang tidak pernah ingkar. Namun, kita sering mengabaikannya padahal kita sama-sama tahu Dia tidak pernah ingkar. Misalnya, ketika Dia mewanti-wanti kita bahwa siapapun yang bernyawa pasti mati, maka kita lihat bahwa siapapun yang bernyawa pasti akan menemui kematiannya.

Bagi Allah, dari punya uang menjadi banyak utang adalah perkara yang gampangnya luar biasa. Bagi Allah, menghinakan seseorang yang sedang jaya-jayanya adalah sangat mudah. Dan biasanya, manusia ketika dihadapkan kepada kehinaan, kesulitan, kemiskinan, barulah melayangkan sebuah janji yang menyertai sebuah permohonan. Bahwa kalau kembali mulia, kalau kesulitan lepas, dan kalau kekayaan kembali datang, ia akan berbuat baik dan ingat akan sesama.

Memberi pinjaman kepada Allah berarti bersedekah. Jangan takut miskin lantaran bersedekah, jangan khawatir menjadi bertambah sulit karena membantu kesulitan orang lain. Semua yang kita korbankan pasti akan dibayar berlipat ganda oleh Allah.

Dan Rasul pun menambahkan, bahkan sedekah itu akan menghilangkan penyakit dan meringankan penderitaan. Bahkan, dilain kesempatan Rasul memotivasi bahwa sedekah justru akan mendatangkan pundi-pundi rezeki yang lain.
"Siapa saja yang mencari jalan untuk bersedekah (baru berniat bersedekah), Allah sudah akan menambah banyak rezekinya. Dan siapa saja yang pelit dan berpura-pura miskin, maka Allah akan menambah hajat kekurangannya." (Hadis).

Belajar Bersyukur

Jangan butakan mata kita! Hanya karena satu-dua keinginan yang tidak tercapai, lalu kita menjadi manusia pengeluh yang terhambat sebab hanya terfokus pada kekurangan.

Mata kita selalu terbiasa melihat kekurangan. Ini yang biasanya terjadi, selalu dan selalu yang kita lihat kekurangan. Padahal Allah berfirman, Dan janganlah engkau tujukan penglihatanmu kepada orang yang kami beri kesenangan dengan-nya berbagai golongan dari mereka berupa perhiasan dunia, supaya Kami menguji mereka padanya, sedangkan rezeki Tuhanmu lebih baik dan kekal (QS. Tha Ha [20] : 131).

Orang yang tinggi melihat bahwa ia kurus. Orang yang pendek melihat betapa enaknya bila bisa bertambah tinggi 5-10 cm. Yang Punya Televisi 14 inci kepingin punya televisi 21 inci. Yang punya rumah tipe 36 kepingin tipe 72. Yang punya mobil satu, pengin dua. Teruuus begitu....

Tidak salah memang punya keinginan. Namanya saja manusia. Tapi, sudahkah kita syukuri apa yang sudah kita terima? Ini pertanyaan yang harus kita pertanyakan kepada diri kita. Jangan-jangan, yang ada saat ini pun belum kita syukuri, lalu kita sudah kepingin ini dan itu sebagai tambahannya. Jadilah kita manusia yang tidak pernah terpuaskan dahaga keinginannya. Kalau sudah begini, andai penyalurannya tepat, yakni lebih giat berusaha dan lebih cermat menangkap peluang, mungkin positif hasilnya. Tapi, andai salah penyalurannya, misal mencari jalan pintas, maka bisa ditebak, keinginan tersebut menjebaknya pada situasi kehidupan yang bermasalah. Ibaratnya, ia berenang di kolam yang tak bertepi.

Kehidupan ini indah, kalau dijalani dengan rasa syukur. Apa yang ada disekeliling kita, kita nikmati dulu sebagai pemberian Allah Yang Mahabaik. Keinginan dipasang, tapi tidak menjual pasung yang mengharuskan kita memenuhi keinginan itu dengan membabi buta.

Berterimakasihlah kepada Allah atas segala kebaikan-Nya, pasti Allah akan berkenan memberikan tambahannya.

Jika kamu bersyukur, niscaya akan kutambah nikmat-Ku padamu, tapi jika kamu lupa akan nikmat-Ku, ingatlah akan azab-Ku yang pedih. (QS. Ibrahim [14] : 7).

Dan salah satu cara berterima kasih itu adalah menerima apa adanya dan mau berbagi. Wallahu a'lam.