Photobucket

Selasa, 02 Desember 2008

Perhatikan Makanannya

Biasanya, ketika seorang anak terperangkap dalam suatu perbuatan dosa, katakanlah menjadi pecandu narkoba, terbiasa bergaul bebas, maka pertama kali yang sering disalahkan adalah lingkungan, salah pergaulan, pengaruh teman, dll. Atau paling tidak kurang dekatnya orang tua dengan anak. Itulah dua hal yang sering dijadikan alasan mengapa anak tersebut bisa meleset keperbuatan yang tidak disukai Tuhan.

Di zaman yang begitu terbiasanya orang melakukan praktek-praktek haram seperti sekarang ini (korupsi, mark-up, rekayasa, kebohongan hingga penipuan), masalah keharusan mendapatkan aliran rezeki yang halal seperti dilupakan. Sepertinya justru sulit mencari rezeki yang halal. Katanya, cari yang haram saja susah apalagi yang halal. Dan sepertinya sulit mempertahankan kejujuran, sulit mempertahankan harga diri dan kehormatan untuk tidak menukar dengan harga murah, dunia. Semua tergoda untuk mencari rezeki pintas, rezeki haram. Dan tanpa sadar, aliran rezeki haram inilah yang dibawa pulang kerumah.


Satu kejelasan mengapa anak menjadi berengsek barangkali kita sendiri yang salah memberi pupuk. Kita menghendaki agar anak itu menjadi baik, mempunyai masa depan yang baik, tapi kita besarkan ia dengan barang-barang haram. Mana bisa?! Kita lebih takut dengan atasan, dari pada Takut dengan Tuhan. Kita lebih takut kehilangan jabatan dari pada kehilangan iman. Kita nomor satukan kesenangan, kebahagiaan, tapi kita lupakan bahwa kesenangan dan kebahagiaan itu harus dicari bukan dengan cara yang berujung kepada kehinaan dan kesengsaraan.


Berbahagialah bagi yang sudah dititipi anak oleh Allah SWT, mari jaga dengan sebaik-baiknya. Jangan memberi "racun" pada anak. Bukan racun pengertian racun sesungguhnya. Akan tetapi racun berupa makanan dan minuman haram, rezeki haram. Karena itu hanya membuat aliran darah menjadi tidak suci, kotor. Dan bila itu terjadi, maka kita sudah membiarkan anak kita menjadi surga bagi para setan, dan anak kita menjadi anak setan. Sebab setan lebih berhak atas darah yang kotor. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar: